Titik nol KM Bandung yang ada di Jalan Asia Afrika adalah awal dari kebangkitan Bandung. Dulu, saat Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman Willem Daendels berkuasa (1808 -1811). Dia berinisiatif membangun Jalan Raya Pos dari Anyer hingga Panarukan (kira-kira 1000 km).Tujuan utama pembuatan jalan itu adalah untuk memperkuat pertahanan Belanda di pulau Jawa dari serangan tentara Inggris yang konon berencana mengambil alih Pulau Jawa dari tangan Belanda.
Tahun 1810, “Zorg, Dat Als Ik Terug Kom Hier Een Stad Is Gebouwd. Coba usahakan, bila aku datang kembali di tempat ini telah dibangun sebuah kota,” kata Daendels sambil menancapkan tongkat. Kisah penancapan tongkat tertuang dalam prasasti di tugu 0 Km tersebut.Penancapan kayu tersebut seusai pembangunan jembatan Sungai Cikapundung pada 1810. Daendels dan Bupati Bandung saat itu R.A.A Wiranatakusumah II adalah yang pertama kali melewati jembatan itu.
25 September 1810, Bupati Wiranatakusumah II mendapat Surat Keputusan pemindahan kota kabupaten ke wilayah dimana Daendels menancapkan tongkatnya. Tanggal surat SK itu sekarang jadi patokan sebagai hari lahir Bandung. Sedangkan tempat Daendels menancapkan tongkatnya menjadi titik KM 0 atau monumen Kilometer Nol yang terletak di depan kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat.
Jalan yang pada saat itu disebut sebagai Groote Postweg (groote = great = besar, post = pos, weg = jalan) ini membentang sepanjang 1.000 km melintasi pulau jawa dan menelan nyawa 30.000 ‘koeli’ pribumi. Bayangkan kalau diambil rata-rata berarti setiap 1 km dikorbankan nyawa 30 pribumi untuk pembuatan jalan ini. Setelah itu, ternyata fungsi Groote Postweg yang utama ini ternyata gagal dicapai, karena akhirnya Belanda menyerah pada Inggris setelah diserang melalui Pelabuhan Semarang di tahun 1811.
Pengorbanan 30.000 pribumi itu pada akhirnya membawa hikmah juga, banyak hal baik muncul karena terciptanya si Groote Postweg ini. Diantaranya kelahiran kota Bandung Modern. Karena memang Bandung yang kita kenal sekarang ini konon katanya direlokasikan dari lokasi sebelumnya (Dayeuh Kolot sekarang, dayeuh = kota, kolot = tua) atas permintaan Daendles kepada bupati Bandung Wiranatakusumah II.
Kenapa harus dipindahkan? Karena blueprint pembangunan jalan Groote Postweg di daerah priangan ternyata berselisih jarak sekitar 11 km dari lokasi kabupaten Bandung pada saat itu, yang sekitar dayeuh kolot itu. Daendles berpikir kalau sebuah kota ingin maju, maka kota tersebut harus mudah diakses .Adapun Stoom walls yang berada tepat di belakang tugu titik nol kilometer ini, konon katanya stoom pertama yang dipakai untuk meratakan jalan saat Bandung dibuat. Lalu tanda “CLN 18″ pada tugu menunjukan bahwa kota/daerah terdekat ke arah timur adalah Cileunyi, dengan jarak 18 km. Sedangkan “PDL 18″ menunjukan bahwa kota/daerah terdekat ke arah barat adalah Padalarang dengan jarak 18 km.

Tugu titik nol kilometer Bandung mengalami perubahan sejak Januari 2017, di samping kanan dan kiri stoom walls kuno terpasang empat patung sedada, yakni patung Presiden Pertama RI, Ir Soekarno; Gubernur Pertama Jabar, Mas Soetardjo Kertohadikusumo; Bupati Keenam Bandung, RA Wiranatakusumah II, dan Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36, Meester in de Rechten Herman Willem Daendels.Menurut Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Jabar, M Guntoro, kepada Tribun, Kamis (12/1/2017), pemasangan patung Daendels bersama ketiga tokoh nasional itu mereka lakukan karena keempatnya adalah bagian dari sejarah. Dan, sebagai bagian sejarah, kata dia, “Itu tak berlebihan.”





Sebuah tugu hanyalah simbolisasi, simbolisasi dimana ada sebuah nilai History yang terkandung didalamnya. Seperti tugu titik nol kilometer ini, bagaimana perjuangan orang-orang dahulu membuat pondasi pertama pembangunan kota ini, berbalut tirani para penjajah yang tidak mengenal kemanusian. Darah, keringat dan pengorbanan mereka selama bertahun-tahun sebagai budak semoga tidak percuma begitu saja. Kita kenang dengan semangat patriotisme menjaga dan merawat kota ini jangan sampai rusak di masa depan. Dengan begitu kita menghargai  masa lalu dan manatap masa depan penuh dengan optimisme.






Materi diambil dari : 
1.https://www.serbabandung.com/nol-kilometer-bandung/
2.http://www.mbandung.com/direktori/titik-nol-kilometer-bandung.html
3.https://www.serbabandung.com/nol-kilometer-bandung/

Komentar

Posting Komentar