Indah_rumahsakit
![]() |
Bagian depan Rumah Sakit Dustira |
Rumah Sakit Dustira merupakan salah satu rumah sakit tertua di Indonesia. Rumah sakit yang terletak di Cimahi ini berdiri pada tahun 1887 dan diperuntukan untuk merawat tentara-tentara yang sedang bertugas di daerah ini. Pada masa Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda rumah sakit ini bernama Militare Hospital.
Pada 1945-1947, rumah sakit ini dikuasai NICA. Setelah pengakuan kedaulatan RI oleh pemerintah kerajaan Belanda (1949), Militaire Hospital diserahkan Belanda kepada TNI yang diwakili Letkol dr Rd K Singawinata. Sejak saat itu, namanya diubah menjadi RS Territorium III dan Singawinata diangkat sebagai kepala rumah sakit.Pada Mei 1956, dalam rangka HUT Territorium III/Siliwangi ke-10, RS itu diberi nama RS Dustira oleh Panglima Territorium III, Kolonel A Kawilarang, sebagai penghargaan terhadap jasa-jasa Mayor dr Dustira Prawiraamidjaya.
![]() |
Monumen Dokter Dustira |
Dustira dilahirkan di Tasikmalaya pada 25 Juli 1919 sebagai anak Rd S Prawiraamidjaya. Pendidikan yang ditempuhnya dimulai di Europeesche Lagere School (ELS) di Bandung, kemudian dilanjutkan ke Hogere Burger School (HBS), lima tahun di Bandung. Selanjutnya ia menempuh pendididikan di Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta (Geneeskundige Hogeschool, di zaman Jepang disebut Ika Daigaku).
Secara geografis, bangunan seluas 14 hektar ini berada pada Latitude -6.885506 dan Longitude 107.534909 dengan ketinggian 758 m di atas permukaan laut. Lokasinya sangat strategis dan mudah dijangkau, tidak jauh dari pusat Kota Bandung, hanya berjarak ± 11 km.
![]() |
Bagian dalam Rumah Sakit Dustira |
Rumah Sakit yang sekarang sudah menjadi kebanggaan prajurit di wilayah Kodam III/Siliwangi ini juga merupakan rumah sakit rujukan tertinggi, karena mampu mengupayakan pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif yang terpadu dengan pelaksanaan kegiatan kesehatan promotif dan preventif. Berbagai fasilitas di dalamnya cukup lengkap, diantaranya adalah Pelayanan Medis seperti : medical check, dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis/sub-spesialis, anak, bedah umum, bedah tulang, bedah saraf, kebidanan & kandungan, penyakit dalam, syaraf, THT, mata, paru kulit & kelamin, jantung, rehabmedik, radiologi, jiwa dan psikologi.
Disamping itu, Rumah Sakit Dustira juga memiliki Pelayanan Penunjang seperti : laboratorium patologi klinik. laboratorium patologi anatomi, X-Ray, CT-Scan, USG, Endoscopy, ECG, Echocardiografi, Treadmill, Laparoscopi, konsultasi gizi, farmasi, dan hemodialisa. Fasilitas lainnya adalah : UGD 24 jam, rawat inap, rawat jalan, ICU, kamar bedah, instansi pendidikan, kedokteran kehakiman dan forensik, serta pemulasaran jenazah.
Pada zaman penjajahan jepang (1942-1945), Rumah Sakit Dustira Cimahi yang saat itu masih bernama Militaire Hospital sempat dimanfaatkan sebagai tempat perawatan tentara Belanda dan Jepang yang sakit. Ketika Jepang menyerah kepada sekutu dan Belanda masuk kembali ke Indonesia, rumah sakit ini dikuasai NICA (tentara Belanda) selama 2 tahun (1945-1947). Kemudian pada 1949, rumah sakit ini dikembalikan ke pemerintah Republik Indonesia, setelah adanya pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh pemerintah Kerajaan Belanda. Penyerahan ini secara teknis dilakukan oleh militer Belanda kepada TNI yang diwakili oleh Letkol dr. Rd. K. Singawinata.
Sejak penyerahan rumah sakit Militaire Hospital ke Indonesia, namanya diubah menjadi Rumah Sakit Territorium III dan Letkol dr. Rd. K. Singawinata ditetapkan sebagai kepala rumah sakit tersebut. Tujuh tahun kemudian, tepatnya pada 19 Mei 1956, rumah sakit ini berganti nama menjadi Rumah Sakit Dustira oleh Panglima Territorium III, kolonel Kawilarang. Pemberian nama ini merupakan penghargaan terhadap Mayor dr. Dustira Prawiraamidjaya yang telah banyak berjasa membantu pengobatan terhadap prajurit TNI, khususnya Territorium III pada masa perjuangan melawan Belanda.
Sebagai bangunan bersejarah yang memiliki nilai arsitektur tinggi dan banyak menyimpan berbagai peristiwa penting didalamnya, sudah selayaknya jika bangunan Rumah Sakit Dustira dijaga dan dilestarikan. Tujuannya, disamping sebagai pelajaran sejarah dan budaya bagi generasi mendatang, sehingga mereka bisa belajar bagaimana menanamkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air, juga bisa dijadikan sebagai objek pariwisata
http://www.infobdg.com/v2/perjalanan-sejarah-rumah-sakit-dustira/
http://keluargamac.blogspot.co.id/2008/08/rs-dustira-mitos-horor-dan-sejarah.html?m=1
https://www.kompasiana.com/jumariharyadi/mengungkap-kisah-di-balik-rumah-sakit-dustira-cimahi_552a66f0f17e616208d623b8
Keren nih blognyaa.. Saya Suka ^_^
BalasHapus